Mety Leontiana Pinem,S.Pd CGP A11 – SMKN 1 Geger – Kabupaten Madiun – 2024
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.
Dalam alur belajar kali ini di modul 3.2 koneksi antar materi menghubungkan semua materi dari modul 1 sampai 3 yang mana saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Sekolah sebagai ekosistem yang mana merupakan sebuah interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Sedangkan satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset. Dalam pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu pendekatan menekankan pada nilai, prinsip, cara berpikir mengenai dunia, memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas sehingga dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna secara maksimal.
Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Sekolah sebagai ekosistem pendidikan adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya sehingga dapat menjadi modal dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis dan memetakan potensi sumber daya/aset utama baik di daerah maupun di sekolah, dan mampu mendukung komunitas agar dapat memanfaatkan dan memberdayakan seluruh sumberdaya aset-aset tersebut secara optimal. Dalam memetakan sumber daya tersebut, pemimpin pembelajaran harus menerapkan pendekatan berbasis aset, yakni berfokus pada aset dan kekuatan sehingga akan melihat segala sesuatu dengan sudut pandang positif, bukan pendekatan berbasis masalah yakni fokus pada masalah yang akhirnya akan menggunakan cara pandang negatif. SMK Negeri 1 Geger merupakan salah satu sekolah yang berfokus pada peningkatan karakter dan prestasi murid baik akademik maupun non-akademik. Beberapa kejuaraan diraih dalam setiap tahunnya oleh peserta didik dalam berbagai ajang lomba. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu memetakan aset yang ada di sekolah, baik biotik maupun abiotik yang kemudian dari hasil pemetaan tersebut menjadi dasar pengambilan langkah berikutnya untuk memaksimalkan potensi murid, guru, maupun sekolah.
Di Kelas:
Di Sekolah
Di Lingkungan:
Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, yaitu dengan memiliki pemikiran positif dan menerapkan pendekatan berbasis aset yang pada akhirnya akan memaksimalkan potensi. Adapum contohnya antara lain
Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.
“ kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan aset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid.
Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari 7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA dalam pengelolaan sumber daya akan membekali seorang guru untuk memanfaatkan aset yang ada di sekitarnya untuk mencapai visi yang impikan.
Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan
Proses pembelajaran berdiferensiasi akan terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, serta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Dalam PSE terdapat teknik kesadaran diri (mindfulness) dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang secara optimal.
Coaching adalah strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri baik pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Coach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.
Pemimpin pembelajaran dalam prosesnya selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum mempelajari modul 3.2. saya belum paham tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk merencanakan suatu kegiatan. Saya juga belum paham tentang pembagian aset yang terdiri atas 7 modal utama. Saya juga hanya berpikir bahwa asset adalah segala sesuatu yang berupa benda fisik saja yang ada di lingkungan sekolah. Tetapi setelah mempelajari modul 3.2. saya menjadi paham tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk merencanakan suatu kegiatan, yakni pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis kekurangan. Saya juga menjadi paham tentang pembagian aset yang terdiri atas 7 modal utama. Hasil dari pembelajaran ini akhirnya ada perubahan dalam diri saya secara pasti seperti:
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Mari bergerak, tergerak dan menggerakkan untuk menuju Indonesia emas………..